Limbah Cair Organik
Limbah ini berasal dari aktivitas keseharian manusia, seperti kamar mandi, kloset (limbah tinja), dapur, air cucian dan sebagainya. Limbah ini mengandung sisa-sisa bahan organik, detergen, minyak, kotoran manusia dan saat ini limbah domestik pun dijumpai zat-zat kimia yang dipergunakan sehari-hari dalam rumah tangga seperti pembersih laintai, prostex dan sebagainya.
Menurut Departemen kesehatan Australia Utara dalam bukunya ” Code of Practise for small site sewage Treatment System” Setiap (satu) orang menghasilkan limbah hydraulic sebesar 200 Ltr/hari + 80 Liter slude dan scum yang terakumulasi dalam 1 tahun. Bayangkan jika dalam satu area hotel dengan jumlah kamar mencapai 300 ( satu kamar rata-rata 2 orang ), kira-kira kapasitas limbah yang akan dihasilkan akan mencapai 120.000 liter ( 120 meter kubik ) limbah hydrolis per hari, belum termasuk limbah yang dihasilkan oleh karyawan, restaurant, laundry dan fasilitas umum lainnya.
Teknologi Pengolahan Air Limbah
Pengolahan air limbah ditujukan untuk mengurangi kandungan bahan pencemar di dalam air. Seperti senyawa organik padatan tersuspensi dan mikroba pathogen. Proses pengolahan air limbah dilakukan sampai batas tertentu sehingga air limbah tidak mencemarkan lingkungan hidup.
Berbagai kendala masih menghadang pihak industri dalam upaya melakukan pengolahan air limbahnya agar sesuai dengan ketentuan baku mutu. Kendala-kendala tersebut antara lain (persepsi tingginya) biaya yang harus ditanggung, baik biaya pembangunan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) maupun biaya operasional, ketersediaan lahan yang sempit, faktor sumber daya manusia (SDM) yang tidak mencukupi dan sebagainya. Biaya pengolahan air limbah yang tinggi bisa ditekan dengan pemilihan teknologi pengolahan air limbah yang tepat. Salah satunya dengan penggunaan Teknologi EM.
Teknologi EM
Teknologi EM adalah Teknologi yang memanfaatkan kultur campuran dari berbagai mikroorganisme menguntungkan seperti bakteri asam laktat (Lactobacillus sp.), bakteri fotosintetik (Rhodopseumonas sp.), jamur fermentatif (Actinomycetes sp., Streptomyces sp.) dan ragi (Yeast). Masing-masing mikroorganisme tersebut mempunyai kerja yang spesifik dan bekerjasama secara sinergis sehingga dapat memfermentasi limbah organik serta dapat mengurangi adanya pencemaran. Selain dapat menguraikan limbah organik, juga dapat menangkap gas yang menyebabkan bau (H2S, NHX, Methylmercaptan, dll). Teknologi EM ditemukan pertama kali oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus, Okinawa, Jepang dan dikembangkan oleh Dr. Ir. I Gede Wididana (Pak Oles) di Indonesia.
Teknologi EM merupakan salah satu inovasi untuk membantu efisiensi kerja IPAL dengan mengurangi pemakaian tenaga yang tidak perlu dalam pengolahan air limbah. Pemakaian teknologi ini secara teratur merupakan keharusan untuk memastikan keseimbangan biologis didalam IPAL. EM bagus digunakan pada saat aliran hidrolik dalam keadaan minimum, biasanya malam hari. Frekuensi dan dosis pemakaian tergantung dari model IPAL yang digunakan.
Sistem ini merupakan system pengolahan air limbah yang paling sederhana dan dengan operasi yang baik umur teknisnya sangat panjang akan tetapi septic tank memiliki kelemahan yaitu treatment efficiency yang relative rendah ( 15 % – 40 % BOD ) dan effluent yang dihasilkan masih berbau karena mengandung bahan yang belum terdekomposisi sempurna.
Untuk itu penambahan EM Toilet ke dalam septick Tank diperlukan untuk mengatasi kelemahan-kelamahan tersebut. Tuangkan 1/100 EM Toilet ke dalam toilet, sinks atau saluran drainase setelah itu aplikasikan setiap bulan sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar