Rabu, 22 September 2010

Teknologi EM4 Pengolahan Limbah


 
Limbah merupakan suatu permasalahan yang sering dihadapi oleh sektor pariwisata (hotel, restoran, spa), kesehatan (rumah sakit), industri maupun rumah tangga. Limbah tersebut berasal dari pembuangan air kotor kamar mandi, dapur, laundry yang berupa campuran bahan organik terdiri atas Nitrogen, Karbohidrat, Lemak dan Protein yang bersifat tidak tetap dan menjadi busuk (berbau). Selain itu, juga mengandung bakteri yang bersifat pathogen sehingga membahayakan kesehatan manusia, menimbulkan kerusakan lingkungan dan merusak keindahan (estetika). Sifat-sifat inilah yang membuat perlunya penanganan limbah agar tidak mengganggu kenyamanan para penghuni dan limbah yang telah ditangani dengan baik dapat didaur ulang untuk kepentingan produksi maupun konsumsi.
Limbah Cair Organik
Limbah ini berasal dari aktivitas keseharian manusia, seperti kamar mandi, kloset (limbah tinja), dapur, air cucian dan sebagainya. Limbah ini mengandung sisa-sisa bahan organik, detergen, minyak, kotoran manusia dan saat ini limbah domestik pun dijumpai zat-zat kimia yang dipergunakan sehari-hari dalam rumah tangga seperti pembersih laintai, prostex dan sebagainya.
Menurut Departemen kesehatan Australia Utara dalam bukunya ” Code of Practise for small site sewage Treatment System” Setiap (satu) orang menghasilkan limbah hydraulic sebesar 200 Ltr/hari + 80 Liter slude dan scum yang terakumulasi dalam 1 tahun. Bayangkan jika dalam satu area hotel dengan jumlah kamar mencapai 300 ( satu kamar rata-rata 2 orang ), kira-kira kapasitas limbah yang akan dihasilkan akan mencapai 120.000 liter ( 120 meter kubik ) limbah hydrolis per hari, belum termasuk limbah yang dihasilkan oleh karyawan, restaurant, laundry dan fasilitas umum lainnya.
Teknologi  Pengolahan Air Limbah
Pengolahan air limbah ditujukan untuk mengurangi kandungan bahan pencemar di dalam air. Seperti senyawa organik padatan tersuspensi dan mikroba pathogen. Proses pengolahan air limbah dilakukan sampai batas tertentu sehingga air limbah tidak mencemarkan lingkungan hidup.
Berbagai kendala masih menghadang pihak industri dalam upaya melakukan pengolahan air limbahnya agar sesuai dengan ketentuan baku mutu. Kendala-kendala tersebut antara lain (persepsi tingginya) biaya yang harus ditanggung, baik biaya pembangunan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) maupun biaya operasional,  ketersediaan lahan yang sempit, faktor sumber daya manusia (SDM) yang tidak mencukupi dan sebagainya. Biaya pengolahan air limbah yang tinggi bisa ditekan dengan pemilihan teknologi pengolahan air limbah yang tepat. Salah satunya dengan penggunaan Teknologi EM.
Teknologi EM
Teknologi EM adalah Teknologi yang memanfaatkan kultur campuran dari berbagai mikroorganisme menguntungkan seperti bakteri asam laktat (Lactobacillus sp.), bakteri fotosintetik (Rhodopseumonas sp.), jamur fermentatif (Actinomycetes sp., Streptomyces sp.) dan ragi (Yeast). Masing-masing mikroorganisme tersebut mempunyai kerja yang spesifik dan bekerjasama secara sinergis sehingga dapat memfermentasi limbah organik serta dapat mengurangi adanya pencemaran. Selain dapat menguraikan limbah organik, juga dapat menangkap gas yang menyebabkan bau (H2S, NHX, Methylmercaptan, dll). Teknologi EM ditemukan pertama kali oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus, Okinawa, Jepang dan dikembangkan oleh Dr. Ir. I Gede Wididana (Pak Oles) di Indonesia.
Teknologi EM merupakan salah satu inovasi untuk membantu efisiensi kerja IPAL dengan mengurangi pemakaian  tenaga yang tidak perlu dalam pengolahan air limbah. Pemakaian teknologi ini secara teratur merupakan keharusan untuk memastikan keseimbangan biologis didalam IPAL. EM bagus digunakan pada saat aliran hidrolik dalam keadaan minimum, biasanya malam hari. Frekuensi dan dosis pemakaian tergantung dari model IPAL yang digunakan. 











Sistem ini merupakan system pengolahan air limbah yang paling sederhana dan dengan operasi yang baik umur teknisnya sangat panjang akan tetapi septic tank memiliki kelemahan yaitu treatment efficiency yang relative rendah ( 15 % – 40 % BOD ) dan effluent yang dihasilkan masih berbau karena mengandung bahan yang belum terdekomposisi sempurna.
Untuk itu penambahan EM Toilet ke dalam septick Tank diperlukan untuk mengatasi kelemahan-kelamahan tersebut. Tuangkan 1/100 EM Toilet ke dalam toilet, sinks atau saluran drainase setelah itu aplikasikan setiap bulan sekali.
























































Jerami Fermentasi Pakan Sapi Alternatif


Jerami Fermentasi Pakan Sapi Alternatif
Oleh : I Ketut Darmawan, S.Pt *

Dilahan pertanian, limbah pertanian berupa jerami selama ini menjadi “barang” buangan  yang disingkirkan melalui dibakar. Limbah jerami menjadi halangan petani saat melakukan pengolahan tanah. Dengan Teknologi EM, limbah pertanian bisa digunakan pakan sapi yang memiliki kualitas gizi baik.

Potensi pengembangan ternak ruminansia di Bali utamanya ternak sapi sangatlah besar. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Provinsi Bali, populasi ternak sapi Bali Tahun 2008 mencapai 668.065 ekor. Dari jumlah itu, 74.995 ekor dikirim ke Jakarta (sapi antar pulau). Sisanya, 36.853 ekor untuk menyuplai kebutuhan lokal Bali.
Dibalik besarnya potensi ternak sapi Bali, para peternak dihadapkan pada ketersediaan pakan ternak sepanjang masa. Dipihak lain, lahan pengembangan Hijauan Makanan Ternak (HMT) kian terbatas seiring dengan tingginya alih fungsi lahan pertanian.
          Kebutuhan HMT harian bagi ternak ruminansia minimal 10 % dari berat hidupnya. Seekor sapi berbobot 250 kg, memerlukan HMT minimal 25 kg perhari. Agar ternak bisa tumbuh dan berproduksi dengan baik, jumlah HMT yang diberikan harus melebihi kebutuhan minimal diatas. Fakta lapangan menunjukkan, untuk bisa memenuhi kontinyuitas HMT sepanjang musim, seekor sapi Bali dengan bobot minimal 200 kg membutuhkan lahan HMT seluas 5 are. Artinya, untuk memelihara 10 ekor sapi Bali, anda harus menyiapkan lahan HMT seluas 50 are. Untuk bisa menopang kebutuhan pakan sapi, lahan HMT harus dipupuk secara kontinyu dengan pupuk bokashi.
          Melihat analisa diatas, tanpa menggunakan teknologi pakan yang baik, investasi awal yang diperlukan untuk memelihara sapi  sangatlah besar. Menjawab permasalahan ini peternak harus menerapkan sistem beternak intensif. Sistem beternak intensif salah satunya ada diperlakuan pemberian pakan. Pakan pilihan yang diberikan bisa dalam bentuk konsentrat sapi, limbah perkebunan, limbah pertanian dan limbah pasar (sisa sayur dan dedaunan).
          Jerami adalah limbah pertanian yang umumnya dimanfaatkan oleh peternak sebagai pakan sapi tat kala musim paceklik datang (kemarau). Umumnya, pemberian jerami tidaklah melalui proses fermentasi, sehingga nilai gizinya rendah. Serat kasar jerami sangatlah tinggi yaitu kisaran 30-45 %. 

Jerami Fermentasi
       Melihat tingginya serat kasar jerami dan rendahnya protein kasar (3 – 4 % ) maka sebagai pakan sapi, jerami perlu dilakukan fermentasi. Dari hasil  Proximate Analysis, di Laboratorium Nutrisi Ternak, Fakultas Peternakan UNUD, jerami yang difermentasi dengan EM4 terjadi peningkatan protein kasar. Protein kasar jerami dari 3,50 % naik menjadi 7,05355, serat kasarnya dari 35,0 % turun menjadi 25,5949. Kesimpulannya, setelah difermentasi terjadi peningkatan protein kasar sebesar  4,05355 %. dan penurunan serat kasar sebesar 4,405075 %.

Membuat Jerami Fermentasi  (untuk 1 ton jerami)
Alat-alat :
-        Cangkul bergigi
-        Ember/tong kapasitas 50 liter
-        Gayung
-        Terpal plastik ukuran 6 x 5 meter
-        Sprayer
Bahan-bahan
-        Dedak padi halus 25 kg
-        EM4 ternak 2 liter
-        Molasses (tetes tebu) 5 liter
-        Air sumur
Cara membuat :
1.     Lakukan inokulum bakteri dengan cara mencampur EM4 2 liter + Molase 5 liter ke dalam air sumur sejumlah 50 liter.
2.     Tutup dan diamkan campuran tersebut selama 24 jam
3.     Bila telah difermentasi selama 24 jam campuran diatas siap digunakan ditandai dengan timbulnya jamur putih pada bagian atas permukaan air.
4.     Tebarkan jerami ditempat teduh dan kering setinggi 10 cm, sedikit demi sedikit,  taburkan dedak secara merata pada permukaan jerami.
5.     Semprotkan larutan EM4 secara merata hingga kadar air dalam jerami mencapai 30 %.
6.     Bila telah merata, tebarkan kembali jerami sesuai dengan petunjuk poit 4 hingga mencapai tinggi 1 meter.
7.     Bila tinggi tumpukan mencapai 1 meter, tutup rapat-rapat jerami dengan terpal.
8.     Lakukan pemantauan suhu fermentasi (suhu gundukan maksimum 500 c. Bila suhunya lebih dari 500 C,  maka terpal dibuka dan diamkan selama 30 menit.
9.     Bila suhu terlalu panas maka tumpukan sebaiknya dibongkar.
10.            Dalam waktu 7-10 hari jerami telah mengalami proses  fermentasi yang ditandai dengan tumbuhnya jamur putih dipermukaan jerami.
11.            Bongkar dan diangin-anginkan gundukan jerami sebelum disimpan ditempat teduh dan kering.
12.            Berikan jerami yang telah diangin-anginkan pada ternak sapi sekitar 8-12 kg/hari.
Pemberian jerami fermentasi bukanlah pakan utama melainkan hanya pakan sampingan yang jumlahnya 45-50 % dari total pemberian pakan harian. Di lapangan, pakan jerami fermentasi dikombinasikan dengan rumput segar dan dedak gandum/padi, dihasil pertumbuhan berat hidup sapi rata-rata 0,4-0,5 kg/ekor/hari. Selain jenis pakan, peningkatan berat hidup sapi juga dipengaruhi oleh potensi genetik.

*penulis adalah alumnus Fakultas Peternakan Unud Th. 2002


         




Senin, 20 September 2010

PERTANIAN ORGANIK DENGAN TEKNOLOGI EFFECTIVE MICROORGANISMS


PERTANIAN ORGANIK
DENGAN TEKNOLOGI EFFECTIVE MICROORGANISMS

I.    Pendahuluan
            Pada akhirnya para ahli sangat memahami bahwa teknologi pertanian yang berbasis kimia memiliki banyak kelemahan dan menimbulkan dampak negatif, antara lain :
1.1    Lahan pertanian menjadi kritis, tandus dan akhirnya menjadi tanah mati.
1.2    Biaya produksi terus meningkat sebagai akibat dari pertambahan jumlah maupun jenis pupuk yang digunakan serta harga pupuk yang terus meningkat.
     1.3    Pangan dan lingkungan tercemar.
1.4    Hama dan penyakit menjadi tak terkendali.
Akibat dari hal-hal tersebut, terjadilah pergeseran selera konsumen dari makan apa adanya menjadi makan yang serba organik. Akhirnya kegiatan impor ekspor pun mengalami perubahan yang mengeleminir produk-produk kimia.
      Disektor hulu teknologi kimia tidak dapat dipertahankan dan harus diganti dengan teknologi pertanian yang akrab lingkungan yakni pertanian organik.
      Pertanyaan berikutnya adalah ”Organik mana yang menjadi pilihan”, sebab sekarang banyak beredar dipasaran formula-formula organik yang promosinya serba wah. Kita harus hati-hati dalam menentukan pilihan.
      Untuk mengkaji pilihan tersebut dibawah ini disajikan kriteria atau prinsip-prinsip pertanian organik yang memenuhi persyaratan sbb :
1.1. Menhasilkan bahan makanan yang aman, bergizi, untuk meningkatkan kesehatan.
1.2.   Secara ekonomis dan spiritual bermanfaat bagi petani dan konsumen.
1.3.   Mudah dilakukan dan berkelanjutan.
1.4.   Melestarikan lingkungan.
1.5.   Mencukupi kebutuhan pangan penduduk dunia yang selalu bertambah.
Dari kriteia tesebut diatas, mau tidak mau senang atau tidak senang, pilihan akan tertuju pada’Teknologi Effective Microorganisms (EM)“, karena teknologi EM memiliki 3 (tiga) aspek penting :
1. Aspek Antioksidan.
2. Aspek De ionisasi.
3. Aspek Revitalisasi.
Dengan kekuatan dari ketiga aspek tersebut, apabila teknologi EM dilaksanakan disemua aspek produksi, maka bumi akan mengalami transformasi yang menakjubkan dari bumi yang teroksidasi degeneratif menjadi bumi yang terevitalisasi.

II. DASAR-DASAR TEKNOLOGI EM
      Teknologi EM diperkenalkan oleh Prof. Dr. Teruo Hoga tahun 1980. Beliau adalah guru besar pada university Ryukyus Okinawa – Jepang. Research bersama mahasiswanya selama 12 tahun meneliti lebih dari 1000 spesies mikroorganisme. Rekapitulasi dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa mikro organisme dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua)  kelompok besar, oleh Prof. Higa pada saat awal diidentifikasi sebagai kelompok kanan dan kelompok kiri sesuai bagan berikut :







Kelompok Kanan
Perlakuan
Kelompok Kiri
Hidup
& berbiak
Gula, garam, cuka, alcohol
Mati
Tape, terasi, tempe, yakult
Nasi, ikan/udang, kedelai, susu
Nasi, ikan, kedelai, susu, semua membusuk
BOKASHI
Bahan organik
kompos

Dari fenomena tersebut diatas, Prof. Higa menyimpulkan beberapa hal antara lain :
1.      Kelompok kiri adalah kelompok pathogen (penyakit), para ahli menekankannya dengan menciptakan antibiotik spt Sulfa, Chlorampenicol, Tetraciklin dll. Sedangkan yang kanan adalah probiotik.merupakan flora normal yang dijumpai pula dalam tubuh manusia dan hewan membantu metabolisme dan meningkatkan kesehatan.
2.      Kelompok kiri adalah kelompok yang merugikan bekerja dengan proses pembusukan dan menimbulkan bau busuk sedangkan yang kanan adalah kelompok yang menguntungkan bekerja dengan proses fermentasi menimbulkan bau sedap.
3.      Bila diberi bahan organik kelompok kiri merubah menjadi kompos dan oleh kelompok kanan dirubah menjadi BOKASHI.
Kompos adalah hasil penguraian bahan organik oleh bakteri-bakteri pembusuk. Bakteri pembusuk melepaskan hidrogen dari gugusannya dengan menimbulkan bau busuk dan hasil akhirnya adalah ion-ion anorganik.
Bokashi merupakan hasil fermentasi bahan organik oleh mikroorganisme fermentatif, hasilnya berbentuk senyawa organik seperti : Asam Amino, Asam Nukleat, Glukosa, Homon Enzim, Vitamin, Anti Oksidan yang dapat diserap lansung oleh tanaman.
Hasil fermentasi ini jauh lebih sempurna dibandingkan dengan hasil pembusukan.
Lebih lanjut Prof. Higa berkeinginan untuk mengumpulkan 250 spesies mikroorganisme kanan dalam suatu formula, namun dengan segala keterbatasannya beliau hanya mengumpulkan 80 spesies saja dan inilah yang disebut EM. 

                            .
Teknologi EM telah dikenalkan di Indonesia sejak tahun 1990. EM-4 mengandung 80 jenis mikroorganisme bermanfaat dan terdiri dari 4 golongan yang dominan seperti bakteri fotosintetik, ragi, bakteri asam laktat (Lactobacillus sp.) dan jamur fermentatif. Teknologi EM telah diterapkan secara luas di seluruh dunia, seperti Jepang, Amerika, Brasil, Taiwan, Korea Selatan, Thailand, Philipina, Malaysia, Myanmar, Bangladesh, Srilanka, India, Pakistan, Australia, dan lain-lain.

2.2 Cara Kerja Teknologi EM
      Masing-masing mikroorganisme tersebut mempunyai fungsi yang penting dan kerja yang spesifik serta bekerjasama secara sinergis sehingga dapat memfermentasi bahan organik secara cepat, efektif dan dapat mengurangi adanya pencemaran. Bila jumlah EM meningkat, maka mikroorganisme efektif yang sudah ada akan meningkat pula sedangkan mikroorganisme parasit tidak dapat berkembang, sehingga lingkungan tersebut didominasi oleh mikroorganisme efektif. Mikroorganisme dominan pada EM-4, antara lain :
2.2.1  Bakteri Fotosintetik
Bakteri ini memakan gas beracun, panas dari proses pembusukan sehingga  
polusi dapat berkurang dan membentuk zat-zat yang bermanfaat seperti asam 
amino, asam nukleik dan zat bioaktif, yang dapat mempercepat pertumbuhan dan dapat diserap langsung oleh tanaman,.
2.2.2  Ragi
    Ragi juga menghasilkan zat bioaktif seperti hormon dan enzim sehingga dapat 
    meningkatkan jumlah sel aktif.
2.2.3  Bakteri Asam Laktat
    Bakteri asam laktat menghasilkan asam laktat dari gula, dapat  menguraikan
    bahan organik seperti lignin, sellulosa dan memfermentasinya tanpa
 menimbulkan senyawa beracun yang ditimbulkan oleh bahan organik yang tidak terurai.
      2.2.4  Jamur Fermentasi
    Jamur fermentasi (peragian) seperti Aspergillus sp. dan Penicillium sp. dapat 
    menguraikan bahan organik secara cepat untuk menghasilkan alkohol, ester, zat
    anti mikroba. Zat-zat tersebut akan menghilangkan bau dan mencegah serbuan
    serangga dan ulat yang merugikan dengan cara menghilangkan penyediaan
    makanannya.

III. APLIKASI EM
     
EM dapat diaplikasikan dalam 6 (enam) bidang yakni Pertanian, Peternakan, Perikanan, limbah, Industri, dan Kesehatan. Sekaligus sebagai lambang EMRO (EM Research Organisation) yang didirikan tahun 1994 berkedudukan di ATAMI – Jepang. Dalam penggunaannya EM diaktifkan dahulu sebelum dipergunakan.

a)     EM UNTUK PERTANIAN
EM dapat dibuat menjadi EM Aktif, Bokashi Padat dan Bokashi Cair, Pestisida Nabati, Bio Urine, ZPT dan beberapa ramuan lainnya.
MANFAAT :
1.      Memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
2.      Meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi.
3.      Memfermentasi dan mendekomposisi bahan organik dengan cepat.
4.      Menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
5.      Menyehatkan tanaman.

b)     EM UNTUK PETERNAKAN
EM dapat dibuat menjadi Jamu ternak, Pakan daur ulang, Silase, Sanitasi kandang, EM Aktif untuk disiramkan pada tumpukan limbah kotoran untuk menekan bau.
MANFAAT :
1.      Mencegah bau tidak sedap pada kandang dan tempat pembuangan kotoran ternak.
2.      Mengurangi jumlah lalat dan serangga ternak.
3.      Memperbaiki kesehatan ternak.
4.      Mengurangi ketegangan ( stress ) ternak.
5.      Memperbaiki mutu daging ternak.
6.      Memperbaiki kesuburan ternak.

c)     EM UNTUK PERIKANAN DAN TAMBAK
EM dapat dibuat menjadi Bokashi Padat untuk dasar tambak, EM Aktif untuk meningkatkan kwalitas air & disemprotkan pada pakan sebelum disebarkan.
MANFAAT :
1.      Mengurangi pemakaian bahan kimia dan biaya produksi.
2.      Memfermentasi sisa pakan, kotoran, cangkang udang di dasar tambak.
3.      Meningkatkan oksigen terlarut ( DO ) dan air menjadi bersih sehingga tidak diperlukan penggantian air yang berulang-ulang.
4.      Menguraikan dan mengurangi gas amoniak, metan, dan H2S.
5.      Meningkatkan daya tahan tubuh ikan dan udang.
6.      Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi udang dan ikan.
7.      Aman untuk lingkungan.

Untuk lebih mengefektifkan kerja daripada EM-4 khususnya sektor Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Tambak perlu ditambahkan EM-SARULA-3 yang berfungsi untuk meningkatkan mutu/kualitas produksi dan FPE yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan terhadap hama dan penyakit.

d)     EM UNTUK LINGKUNGAN (Limbah)
EM dapat dibuat menjadi EM Aktif untuk menekan / menurunkan BOD/COD pada limbah cair, menekan kandungan logam berat, menekan bau busuk pada got, sungai, danau, laut, meningkatkan kwalitas lingkungan rumah tangga dll.
MANFAAT :
1.      Mempercepat proses fermentasi limbah organik.
2.      Manurunkan kadar BOD dan COD.
3.      Mengurangi bau yang tidak sedap ( H2S dan NH3 ).
4.      Menekan mikroorganisme pathogen.
5.      Tidak merusak lingkungan, aman bagi manuasia, hewan dan tanaman.
6.      Dapat digunakan sebagai pupuk organik cair.



e)     EM UNTUK INDUSTRI
EM di Jepang telah banyak dibuat rumah sehat dengan teknologi EM. Industri pakaian dengan teknologi EM, berjenis-jenis keramik, kipas angin, wall paper, dll.

f)       EM UNTUK KESEHATAN
EM telah dikembangkan dalam berbagai ramuan tradisional dengan teknologi EM, Parfum, Minuman Saribuah, EM-X untuk injeksi, Garam kesehatan, dll.


LAMBANG EMRO




IV.  MENUJU DESA RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI EM

EM akan sangat berperan dalam mewujudkan Bali Clean & Bali Green, sesuai dengan peranan aplikasi EM seperti yang dituangkan dalam lambang EMRO
Bermodalkan kesepakatan, kepatuhan dan disiplin para perangkat desa, LSM dan segenap anggota masyarakat, secara bertahap tetapi pasti. Pencemaran tanah, air, udara dapat ditekan, hasilnya adalah penduduk sehat, kunjungan kerumah sakit menurun, lingkungan bersih dan nyaman.
Kepala desa beserta tokoh masyarakat berperan mengambil inisiatif mewujudkan kelompok-kelompok kerja yang saling terkait sesuai dengan bagan berikut :









































Manfaat lain dari konsep tersebut :  
  • Membuka lapangan kerja baru dipedesaan. 
  • Menciptakan lingkungan desa yang bersih, nyaman, hidup sehat, tanpa pathogen.
  • Mendidik masyarakat untuk cinta lingkungan. 
  • Merevitalisasi lingkungan dengan munculnya kunang-kunang, cacing, belut, dan biota lainnya yang bemafaat.
  • Manusia berumurpanjang karena akan mengalami mati alami bukan mati karena penyakit.

V.     KESIMPULAN

V.1    Teknologi EM sudah mendunia.
V.2   Teknolgi EM memiliki jaringan yang mantap baik sarana, prasarana (pabrik EM, Diklat EM, Lembaga-lembaga terkait).
V.3.  Mudah, Murah, Hemat Energi, Ramah Lingkungan.
V.4.  Dapat Merevitalisasi planet bumi.
V.5. Lingkungan lestari, nyaman, sehat sejahtera dengan Teknologi EM.

Lampiran Gambar-Gambar.








       

Konsep Teknologi EM-4




KONSEP TEKNOLOGI EM-4